Pic courtesy of http://www.clipartpal.com

I’m not much of a nationalist kind of person but last night i mourn for my country, things i thought i would never do.

Indonesia’s education system is being tested to destruction. Ujian Nasional mulai terlihat seperti sebuah event yang ikut menyuburkan iklim korupsi.

Berikut obrolan saya dengan seorang teman:

Teman: rumor has it daerah kami bayar puluhan juta rupiah untuk kunci jawaban

Me: why on earth would they do that?

Teman: menurut kamu mau ditaruh mana muka kepala Diknas & Walikota kalau satu kota muridnya nggak lulus 100%?

Me: So be it lah. Itu lebih bermartabat dari pada satu kota bohong berjamaah. What a national disgrace. Pada liat end of mind nya ngga sih, mau jadi apa anak2 itu kalau dari bangku sekolah saja sudah berani terang2an mengkorupsi kejujuran, direstui guru2nya pula. Dan kok bisa2nya kalian diam saja? Apa sama sekali sudah musnah guru dengan hati nurani dikota itu? Apa sudah tidak percaya bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggungjawabannya setelah mati?

Teman: walaaah.. kamu ini nanya apa nuduh? pikirmu kurang apa itu komunitas air mata guru? Kalau kami protes secara individual, we will be boycotted -if not fired. Kami juga kan masih perlu pekerjaan. Dikira kami ini ngga capek nangis ngeliat murid2 yang sekarang semakin melecehkan guru dan sekolah, mereka mikirnya “toh semua anak akan lulus with or without effort kok, why bother study hard? Why choose the hard road if we have easy street?”

Me: btw, bukannya ada barcode system?

Teman: doesn’t take a genius to crack the code, gurunya bantuin scan barcode pake handphone atau apalah untuk tau si anak ini dapet paket soal nomer berapa. Supaya si anak ngga salah liat lembar contekan yang mana

Me: what?! Mereka dikasih lembar contekan??

Teman: are you surprised?

Me: Kapan ngasihnya??

Teman: jam 5.30 pagi, sebelum polisi dan pengawas independent datang.

Me: trus, selama ujian itu anak2 bolak balik liat contekan apa pengawas & polisi pada diam aja?

Teman: in our case, sekolah sudah bayar mereka, so they just sit outside and enjoy the breakfast we’ve provided them.

Me: astaghfirullahaldzim. Don’t you all realize that we’re letting this country lose everything all over again? This is going to be a second penjajahan bangsa, dalam bentuk penjajahan pemikiran. Soon if we don’t do something there will be no future here.

Teman: I’m very sorry but this is beyond my power.

Me: It is within your power, kalau kalian satu kota atau satu provinsi kalau perlu, mau bersatu padu menggabungkan kekuatan, menyuarakan kebenaran. Kalau menurut para guru UN tidak diperlukan lagi, cukup ujian independen yang dilakukan oleh tiap2 sekolah misalnya… ya tolong lah diperjuangkan.

Teman: Easier said than done my friend…, easier said than done.

Waduh celaka tiga belas ini, Gurunya saja udah patah arang.